Menyusuri Kota Istambul
Seorang services berlarian kecil ke arah kami. Ia mengingatkan pesawat yang akan kami tunggangi menuju turki akan segera berangkat tepat pukul 20:00 wib.
Garbarata terlihat sepi, hanya hilir mudik para crew dari perusahaan penyedia jasa yang sesekali menebar senyum ramah. "good evening sir".
Ini bukan pertama kalinya saya naik pesawat, sudah terlalu sering mungkin namun yang benar-benar "terbang" ya baru kali ini. Pesawat yang saya naiki bertuliskan TK-067 dengan nomor registasi TJ-JNC seri 777. Aneh mungkin, bertahun-tahun bekerja di maskapai penerbangan namun baru kali ini saya merasakan sensasi sebagai penumpang kelas wahid. Beberapa parmugari juga menyapaku ramah "assalamualikum, welcome to our flight and enjoy your destination" Sambil otak atik i-pod, iseng saya agak melongok ke luar jendela.
Diluar sedang dilakukan proses loading cargo, baling-baling pesawat terdengar bising di luar sana, sebagian crew cargo menggunakan earphone. Bising mungkin, bisik tetangga kursiku. Dari penjelasan pramugari, pesawat ini akan transit di singapore dan akan memakan waktu dalam perjalanan jakarta-singapore sekitar 90 menit dan akan dilanjutkan perjalanan dari singapore-istambul sekitar 13 jam. Yah, perjalanan yang cukup panjang tapi bagiku ini jarak yang bisa saya temnpuh setiap pulang kampung dengan kondisi jalan rusak. Atau bahkan lebih ketika momen lebaran. "24 jam tanpa henti" gila bukan?? Itupun menggunakan bis reot tanpa AC.
******
Bandara Sabiha Gocken menyambutku dengan kondisi beku. "Musim dingin euy". Lampu-lampu terlihat temaram disepuh guyuran salju, hampir semua pendatang menggunakan mantel tebal, syal, sepatu boot dan sarung tangan. Turki bukanlah negara arab yang tanahnya gersang kemerahan dan sesekali bau angusnya mencucuk hidung.
Turki ada di dua benua, "Asia juga Eropa" keanehan inilah yang diwaktu dulu membuat federasi dunia PBB yang husus menangani teritorial sempat kelimpungan bahkan kebingungan tuk memasukan turki ikut kawasan mana. Federasi eropa juga sempat menolak Turki tuk bergabung dengan wilayah eropa sebab ada kekawatiran Turki akan menjadi sarang teroris.
Maklum, wilayah turki yang bersebelahan dengan asia adalah wilayah dengan kategori negara konfik. Begitu keluar bandara, saya serasa berada di bandara Soetta Cengkareng. Parkir taksi, bus dan mobil pribadi centang perenang. Penjemput dan orang yang berdatangan dari penerbangan bersileweran tak tentu arah. Atmosfer demikian diperparah dengan hujan yang turun lebat.
Para penjaja taksi yang melihat saya kebingungan langsung menyerbu menawarkan jasanya. " Çok teşekkür ederim (terima kasih)" saya jawab sambil mengangkat tangan dan menuju bus besar bernamakan "Havas" yang terpakir tepat di depan billboard bertuliskan "istambul, the europe capital of culture" Saya memandang keluar jendela bus Havas.
Kerlap-kerlip lampu memancar dari pinggiran air yang akan membentang membelah dua daratan. "Goodbye asia, welcome to europe" demikian kata pemandu wisata yang bernama Nurretin Uzzun dengan gayanya yang energik. Saya pikir, Turki menggunakan bahasa arab setelah saya baca dibuku "Traveling in turkey" mereka menggunakan bahsa ibu mereka. Turki. Praktis komunikasi yang kami lakukan dengan menggunaka dua bahasa sekaligus "isyarat dan inggris"
Terlihat sengau-sengau kering pemandu ini dalam menjelaskan kota istambul. Kurang minum mungkin
*****
Inilah selat bosphorus itu. Selat yang membelah dua benua, Asia juga Eropa. Selat yang dikagumi oleh sultan mehmet dan saking kagumnya sang sultan membangun masjid biru (blue mosque) tepat disamping danau dan tepat di Hagia Shopia.
Konstantinopel terasa ramai dengan hilir mudik para turis. Inilah kota dengan saksi bisunya, peperangan perang salib atas nama agama. Perang yang dimenangkan oleh pihak islam yang di komandai sultan Muhammad Al- Fatich. Bangunan Hagia Shopia juga ikut turut menjadi saksi, bangunan yang sempat beralih fungsi dari gereka ortodox ke masjid dan dari masjid ke mouseum. Indah sekaligus kagum, lukisan bunda Maria bergantungan di langit-langit Hagia Shopia.
Tak ketinggalan pula lukisan kaligrafi arab, sahabat nabi: Abu bakar, Umar bin khotob, Usman, Ali juga bergantungan di langit sana. Indah tenan. Apakah dulu memang agama-agama bersanding mesra tanpa gesekan, tanpa rasisme, tanpa membedakan asal-usul??? Toh tujuan dari beragama itu sama. Sama-sama menuju kebahagiaan. Entahlah, yang jelas perjalanan diturki ini masih panjang dan terlalu mengasyikkan. #Salam, selat Boshporus, Hagia Shopia, Masjid Biru, sultan Mehmet I will back see u next time
Ini bukan pertama kalinya saya naik pesawat, sudah terlalu sering mungkin namun yang benar-benar "terbang" ya baru kali ini. Pesawat yang saya naiki bertuliskan TK-067 dengan nomor registasi TJ-JNC seri 777. Aneh mungkin, bertahun-tahun bekerja di maskapai penerbangan namun baru kali ini saya merasakan sensasi sebagai penumpang kelas wahid. Beberapa parmugari juga menyapaku ramah "assalamualikum, welcome to our flight and enjoy your destination" Sambil otak atik i-pod, iseng saya agak melongok ke luar jendela.
Diluar sedang dilakukan proses loading cargo, baling-baling pesawat terdengar bising di luar sana, sebagian crew cargo menggunakan earphone. Bising mungkin, bisik tetangga kursiku. Dari penjelasan pramugari, pesawat ini akan transit di singapore dan akan memakan waktu dalam perjalanan jakarta-singapore sekitar 90 menit dan akan dilanjutkan perjalanan dari singapore-istambul sekitar 13 jam. Yah, perjalanan yang cukup panjang tapi bagiku ini jarak yang bisa saya temnpuh setiap pulang kampung dengan kondisi jalan rusak. Atau bahkan lebih ketika momen lebaran. "24 jam tanpa henti" gila bukan?? Itupun menggunakan bis reot tanpa AC.
******
Bandara Sabiha Gocken menyambutku dengan kondisi beku. "Musim dingin euy". Lampu-lampu terlihat temaram disepuh guyuran salju, hampir semua pendatang menggunakan mantel tebal, syal, sepatu boot dan sarung tangan. Turki bukanlah negara arab yang tanahnya gersang kemerahan dan sesekali bau angusnya mencucuk hidung.
Turki ada di dua benua, "Asia juga Eropa" keanehan inilah yang diwaktu dulu membuat federasi dunia PBB yang husus menangani teritorial sempat kelimpungan bahkan kebingungan tuk memasukan turki ikut kawasan mana. Federasi eropa juga sempat menolak Turki tuk bergabung dengan wilayah eropa sebab ada kekawatiran Turki akan menjadi sarang teroris.
Maklum, wilayah turki yang bersebelahan dengan asia adalah wilayah dengan kategori negara konfik. Begitu keluar bandara, saya serasa berada di bandara Soetta Cengkareng. Parkir taksi, bus dan mobil pribadi centang perenang. Penjemput dan orang yang berdatangan dari penerbangan bersileweran tak tentu arah. Atmosfer demikian diperparah dengan hujan yang turun lebat.
Para penjaja taksi yang melihat saya kebingungan langsung menyerbu menawarkan jasanya. " Çok teşekkür ederim (terima kasih)" saya jawab sambil mengangkat tangan dan menuju bus besar bernamakan "Havas" yang terpakir tepat di depan billboard bertuliskan "istambul, the europe capital of culture" Saya memandang keluar jendela bus Havas.
Kerlap-kerlip lampu memancar dari pinggiran air yang akan membentang membelah dua daratan. "Goodbye asia, welcome to europe" demikian kata pemandu wisata yang bernama Nurretin Uzzun dengan gayanya yang energik. Saya pikir, Turki menggunakan bahasa arab setelah saya baca dibuku "Traveling in turkey" mereka menggunakan bahsa ibu mereka. Turki. Praktis komunikasi yang kami lakukan dengan menggunaka dua bahasa sekaligus "isyarat dan inggris"
Terlihat sengau-sengau kering pemandu ini dalam menjelaskan kota istambul. Kurang minum mungkin
*****
Inilah selat bosphorus itu. Selat yang membelah dua benua, Asia juga Eropa. Selat yang dikagumi oleh sultan mehmet dan saking kagumnya sang sultan membangun masjid biru (blue mosque) tepat disamping danau dan tepat di Hagia Shopia.
Konstantinopel terasa ramai dengan hilir mudik para turis. Inilah kota dengan saksi bisunya, peperangan perang salib atas nama agama. Perang yang dimenangkan oleh pihak islam yang di komandai sultan Muhammad Al- Fatich. Bangunan Hagia Shopia juga ikut turut menjadi saksi, bangunan yang sempat beralih fungsi dari gereka ortodox ke masjid dan dari masjid ke mouseum. Indah sekaligus kagum, lukisan bunda Maria bergantungan di langit-langit Hagia Shopia.
Tak ketinggalan pula lukisan kaligrafi arab, sahabat nabi: Abu bakar, Umar bin khotob, Usman, Ali juga bergantungan di langit sana. Indah tenan. Apakah dulu memang agama-agama bersanding mesra tanpa gesekan, tanpa rasisme, tanpa membedakan asal-usul??? Toh tujuan dari beragama itu sama. Sama-sama menuju kebahagiaan. Entahlah, yang jelas perjalanan diturki ini masih panjang dan terlalu mengasyikkan. #Salam, selat Boshporus, Hagia Shopia, Masjid Biru, sultan Mehmet I will back see u next time
Istanbul..lanjut Amsterdam..lanjut France...semoga
BalasHapus